Bata Ringan, Kini Semakin Banyak Pilihan

Pada awalnya, kita mengenal bata ringan sebagai salah satu bahan bangunan dengan teknologi tinggi, sehingga kita hanya mengenal produk bata ringan dengan merk terkenal, dan skala pabrik yang besar. Salah satu contohnya adalah merk Hebel dan Celcon. Tapi kini di kota Jakarta dan Surabaya saja, sudah terdapat puluhan pabrik pembuat bata ringan di masing-masing kota tersebut. Dan kini pun, masyarakat sudah mengenal bata ringan sebagai bahan bangunan yang umum, sebagai alternatif dari bata merah. Hal ini karena kini sudah ada teknologi pembuatan bata ringan yang memungkinkan dibuat oleh pabrik yang berskala kecil.

Pengertian bata ringan sendiri adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya. Dari teknologi pembuatannya, bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC).

Bata Ringan AAC

Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).

Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.

Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.

Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.

Proses pengeringan dan pematangan bata ringan AAC di sebuah pabrik berskala besar


Penyimpanan stok bata ringan yang tidak memerlukan proses curing

Bata Ringan CLC

Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) diganti dengan gelembung udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa berfungsi hanya sebagai media untuk membungkus udara.

Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 kg/m³ sampai 1.800 kg/m³ dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N/mm².

Pada CLC Gelembung udara didalam beton benar-benar terpisah satu sama lain, sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi dengan lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan air lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik dibandingkan dengan beton konvensional.

CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah seiring dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi termal 500% lebih tinggi dan tahan api.

Karena sangat praktis maka beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi atap rumah pada kepadatan serendah 350 kg/m³ sampai dengan produksi panel dan lantai beton dengan kepadatan 1800 kg/m³.

Proses pencetakan bata ringan CLC di sebuah pabrik berskala kecil


Proses curing alami sebagai bagian dari proses produksi bata ringan CLC

Perbandingan Ringan dengan Bata Merah

Hingga saat ini, penggunaan bata ringan lebih banyak digunakan untuk proyek-proyek berskala besar, seperti proyek perumahan atau bangunan bertingkat tinggi. Bermunculannya pabrik-pabrik bata ringan CLC dengan skala yang lebih kecil, adalah untuk menyasar kalangan masyarakat umum. Untuk dua kota besar yaitu di Jakarta dan Surabaya, sudah pulhan pabrik bata ringan jenis ini. Di kota-kota lain sudah mulai merambah pabrik bata ringan jenis ini. Di kota Samarinda sendiri sudah ada dua pabrik bata ringan jenis ini.

Jika pada proyek berskala besar, penggunaan bata ringan seperti sudah merupakan "keharusan" karena  keuntungannya secara konstruksi, maka masyarakat umum masih perlu menimbang-nimbang karena harganya memang masih lebih tinggi dari jenis bata merah. Untuk itu di bawah ini akan diberikan data perbandingan antara bata merah dan bata ringan.

Tabel perbandingan bata merah dan bata ringan

Sumber:
  1. Wikipedia: Bata Ringan
  2. Survei pabrik bata ringan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Jenis-jenis Gypsum Board untuk Plafond dan Partisi

Mengenal Batu Bata dan Penggunaannya